Monday, December 14, 2009
|
digg it
Krisis air merupakan salah satu hal yang menakutkan bagi kita semua, melihat dari pentingnya air dalam kehidupan kita. Bencana krisis air ini melanda pulau Lombok. Salah satu pemicu krisisnya air di pulau lombok adalah karena adanya pengikisan lahan dan hutan yang terjadi di Gunung Rinjani. Seperti kita ketahui bersama bahwa hutan ataupun lahan hijau merupakan daerah serapan air yang dapat menampung air,sehingga jika tidak ada daerah resapan ataupun tampungan tersebut maka ketersediaan air dalam tanah akan berkurang bahkan tidak ada. Gunung Rinjani merupakan daerah yang menyuplai air terbesar untuk masyarakat sekitar sehingga ketika daerah tersebut mengalami degradasi air yang luar biasa maka dapat dipastikan kehidupan masyarakat sekitar akan menjadi susah. Suatu hal yang sesuai dengan pribahasa "pagar makan tanaman".
Mereka yang berbuat maka mereka pula yang merasakan.Dari hal ini terdapat suatu pelajaran terkait dengan pembangunan yaitu pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan kesinambungan ekosistem. World Wild Fund (WWF) Indonesia mengungkapkan, krisis air mengancam masyarakat yang bermukim di Pulau Lombok sebagai dampak hilangnya sejumlah titik mata air. WWF mencatat, setidaknya 502 titik telah lenyap dan hanya sekitar 200 titik mata air saja yang tersisa.Idealnya masyarakat membutuhkan sedikitnya 1,3 miliar meter kubik (m3) air setiap tahunnya, termasuk untuk konsumsi dan pertanian. Pembalakan liar yang merupakan salah satu penyebab degradasi air bersih harus segera ditindak tidak hanya diberikan peringatan akan tetapi dengan pengawasan ataupun pemantauan secara berkala dengan dasar hukum dan sanksi hukum yang jelas dan tegas. Semua ini pada dasarnya dapat terwujud jika kita kembalikan semua ini kepada diri kita sendiri seberapa sadarkah kita akan pentingnya sumber daya alam untuk kehidupan kita. Fakta yang sekarang terjadi yaitu bahwa sekitar setengah juta hektare lahan di daerah ini tergolong sebagai lahan kritis. Di dalam kawasan hutan, sekitar 237.592 hektare atau hampir seperempat juta hektare lahan masuk kategori kritis. Sementara lahan kritis di luar kawasan hutan mencapai 271.632,81 hektare. Empat Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Lombok, bahkan telah mengalami defisit air. Keempat DAS tersebut adalah DAS Dodokan yang memanjang dari Kota Mataram hingga Lombok Timur, DAS Jelateng di Sekotong Lombok Barat, DAS Kokok Putek di Lombok Utara dan DAS Menanga di Lombok Timur. Upaya yang dapat dilakukan dalam usaha mengembalikan fungsi hutan di daerah ini yaitu dengan melakukan reboisasi setidaknya 200 juta pohon, sungguh suatu hal yang tidak mudah akan tetapi dapat kita laksanakan. Pemprov NTB telah mencanangkan program Gerakan NTB Hijau. Suatu upaya terpadu untuk menyelamatkan hutan melalui penanaman secara masal dengan jumlah bibit yang disalurkan sebanyak 10,3 juta pohon. Gerakan NTB Hijau juga didukung oleh Gerakan Perempuan Tanam Tebar dan Pelihara pohon untuk ketahanan pangan dan Gerakan Sabuk Hijau dengan penanaman 10.000 pohon di sekitar dam, embung dan sepanjang jalan provinsi dan kabupaten se-NTB. Beberapa usaha tersebut seharusnya mendapatkan penanganan dan support dari pemerintah pusat sehingga usaha pelestarian lingkungan ini dapat terlaksana dengan baik dan bermanfaat.
beritalingkungan.com
No Responded To This Post
Leave A Reply